Sandi dari Purworejo Derita Tumor Hidung, Ditemani Ambulans Gratis ke Yogyakarta

Candisari, Purworejo
Di tengah rerimbun ladang dan suara burung yang melantunkan pagi, hidup seorang anak bernama Sandi. Usianya baru 14 tahun, tapi langkahnya telah dipaksa berhenti dari ruang kelas selama sebulan. Bukan karena ia malas, bukan pula karena ia bosan. Ia rindu sekolah tapi tumor di dalam hidungnya telah mengubah segalanya.
Awalnya, hanya benjolan kecil di pipi. Tak ada yang curiga. Ia tetap bermain, tetap mengaji, tetap tertawa meski mimisan mulai datang tanpa permisi. Tak ada yang mengira bahwa itu adalah tanda-tanda awal dari tumor hidung, penyakit langka yang pelan-pelan mengambil alih hari-hari cerianya.
“Dulu cuma sering mimisan, Mbak. Kami kira cuma kecapekan,” ujar sang bude saat pertama kali menceritakan. Sampai akhirnya, mereka memberanikan diri ke dokter. Dan di sanalah dunia seperti runtuh: diagnosa tumor di dalam hidung, letaknya tersembunyi, namun perlahan membesar.
Rumah sakit rujukan untuk kasus seperti Sandi adalah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Bukan dekat. Dari Candisari ke Yogya bisa memakan waktu lebih dari 4 jam dengan kendaraan biasa. Ditambah biaya transportasi, makan, obat, kontrol keluarga Sandi benar-benar tak tahu harus bagaimana.
Namun, di tengah keputusasaan itu, hadir seberkas harapan. Budenya mengenalkan Sandi kepada Yayasan Embun Surga Purworejo, lembaga yang selama ini mendampingi pasien-pasien kanker dari keluarga dhuafa.
“Langsung kami bawa Sandi ke Embun Surga. Alhamdulillah, langsung dibantu. Rasanya seperti menemukan saudara baru di tengah badai,” kata ibunya, menahan haru.
Hari itu, Sandi diantar ke RSUP Sardjito menggunakan ambulans Yayasan Embun Surga. Layanan ambulans ini bukan hanya sekadar alat transportasi ia adalah bukti bahwa masih ada cinta yang berjalan di atas roda. Tanpa biaya, tanpa syarat. Hanya satu tujuan: menyelamatkan hidup yang terancam oleh keterbatasan ekonomi.
“Biasanya kami bingung mau pakai apa. Biaya mobil pribadi terlalu besar. Tapi ambulans dari Embun Surga datang seperti jawaban doa kami,” ujar Ibu Sandi lirih.
Layanan antar jemput pasien kanker anak di Purworejo seperti ini sangat jarang ditemukan. Terlebih lagi, Embun Surga tidak hanya mengantar, tetapi juga mendampingi, mendoakan, dan terus memberikan semangat.
Di tengah jalan berliku ini, keluarga Sandi hanya bisa bersandar kepada doa. Mereka yakin, di balik penyakit ini, ada hikmah yang sedang digoreskan Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit atau kelelahan, ataupun kekhawatiran, kesedihan, gangguan, dan kesusahan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dari dosa-dosanya karenanya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjadi penguat. Bahwa air mata mereka bukanlah sia-sia. Bahwa rasa sakit ini, betapapun menyiksa, adalah cara Allah membersihkan hati dan meninggikan derajat.
Kini, Sandi telah menjalani serangkaian pemeriksaan lanjutan. Setiap keberangkatan ke Yogyakarta didampingi oleh relawan Embun Surga. Kadang berangkat subuh, kadang harus menginap. Tapi tak sekalipun mereka merasa sendirian. Embun Surga selalu hadir dengan ambulansnya, dengan telpon hangatnya, dengan peluk hangat dari para relawan yang tak pernah pamrih.
Sandi belum bisa sekolah. Ia masih fokus pada pengobatan dan terapi. Namun semangatnya tetap menyala.
“Aku pengin sembuh, biar bisa main sama teman-teman lagi,” ucapnya pelan, sambil menatap buku gambar kesayangannya.
Berdiri di Purworejo, Yayasan Embun Surga telah menjadi rumah kedua bagi banyak pasien kanker dan penyakit kronis lainnya. Mereka menyediakan:
• Layanan ambulans gratis untuk pasien dan jenazah dhuafa.
• Pendampingan medis dan psikososial untuk pasien dan keluarga.
• Edukasi kesehatan masyarakat, termasuk soal kanker nasofaring, tumor hidung, dan penyakit kronis lain yang sering terlambat terdeteksi.
Dalam kasus Sandi, kecepatan merespons, perhatian relawan, dan keterbukaan dalam membantu menjadi faktor penting. Jika bukan karena informasi dari bude dan jaringan relawan, bisa jadi Sandi terlambat mendapatkan pengobatan.
Apa yang dialami Sandi adalah gambaran nyata bagaimana kemiskinan dan keterbatasan akses informasi dapat memperparah kondisi kesehatan. Tumor hidung seperti yang ia alami sering kali tak terdeteksi dini karena keterbatasan alat dan pengetahuan.
Namun kisah ini juga mengajarkan kita bahwa selama masih ada hati yang peduli, masih ada harapan. Embun Surga telah membuktikannya. Mereka hadir sebagai jembatan antara harapan dan kenyataan. Antara pasien dan rumah sakit. Antara luka dan pemulihan.
Hari ini, Sandi masih berjuang. Ia bukan hanya anak dari Candisari. Ia adalah cermin dari banyak anak-anak lain di pelosok Purworejo yang membutuhkan tangan kita.Mari kita doakan Sandi, dan anak-anak lain sepertinya.
Mari kita bantu, tak harus dengan uang cukup dengan menyebarkan kabar, menyalakan harapan, dan berdiri di barisan para relawan yang menggerakkan ambulans harapan itu.
Dan jika engkau membaca kisah ini hari ini, ingatlah satu hal: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”(HR. Ahmad)
Mari bantu saudara kita yang membutuhkan lewat Yayasan Embun Surga Purworejo
Rekening Donasi
BRI 685201002390503
a.n Yayasan Embun Surga Purworejo
0 Komentar