Cerita Pejuang Sehat Purworejo: Aji Tetap Semangat Meski Derita Gangguan Telinga

Di sebuah dusun sunyi bernama Karanganom, bagian kecil dari Kabupaten Purworejo yang dilingkari ladang-ladang hijau dan angin lembut sore hari, tinggal seorang anak laki-laki bernama Januar Ferdiansyah Aji. Usianya baru 9 tahun, namun langkah hidupnya sudah lebih dulu menapaki jalan perjuangan yang panjang dan tak mudah. Aji, begitu panggilan akrabnya, adalah pejuang kecil yang sedang menjemput sehat. Tubuh mungilnya menyimpan semangat besar yang tak terlihat dari luar, tapi sangat terasa bagi siapa saja yang mengenalnya lebih dekat.
Aji terlahir dengan kondisi medis langka saluran telinganya sangat kecil, nyaris tertutup, sehingga ia mengalami kesulitan mendengar sejak usia dini. Bagi anak-anak seusianya, mendengar tawa teman atau panggilan ibu adalah hal yang biasa. Tapi bagi Aji, suara dunia datang sayup-sayup, kadang nyaris tak terdengar. Sementara teman-temannya sibuk bermain layang-layang atau bermain bola di lapangan kecil dekat masjid, Aji lebih sering duduk diam, mencoba membaca gerak bibir orang-orang di sekitarnya, menebak-nebak maksud mereka, dan berharap suatu hari bisa mendengar dengan jelas seperti anak-anak lain.
Perjuangan yang Tak Tampak
Tak banyak yang tahu, di balik senyuman kecil Aji, ada cerita perjuangan yang luar biasa. Sejak kecil, ia sering mengalami infeksi telinga yang berulang. Suara yang harusnya menjadi jembatan komunikasi justru menjadi tantangan terbesarnya. Ketika dokter spesialis THT memeriksa kondisinya, mereka menyampaikan bahwa Aji memerlukan tindakan medis lanjutan berupa operasi rekonstruksi saluran telinga dan pemasangan alat bantu dengar, agar suara dunia bisa sampai ke jiwanya yang periang.
Namun, kenyataan ekonomi keluarga Aji menjadi penghalang terbesar. Sang ibu, Bu Sri, adalah perempuan tangguh yang menolak menyerah pada keadaan. Ia bekerja serabutan kadang mencuci baju tetangga, kadang menjual jajanan keliling, kadang membantu tetangga bertani. Semua dilakukan demi Aji dan dua adiknya yang masih kecil. Kadang, untuk makan pun harus dihemat agar cukup sampai akhir minggu. Namun dalam setiap langkahnya, Bu Sri selalu menaruh harapan besar: agar Aji bisa sembuh, agar Aji bisa mendengar, agar Aji bisa sekolah seperti anak-anak lainnya tanpa hambatan.
Ketukan Harapan dari Yayasan Embun Surga
Di tengah gelapnya jalan yang mereka lalui, cahaya itu datang dari arah yang tak mereka sangka. Seorang tetangga memperkenalkan keluarga Aji kepada Yayasan Embun Surga Purworejo. Yayasan ini sudah dikenal banyak membantu pasien-pasien dari keluarga tidak mampu untuk mengakses pengobatan, terutama dengan penyediaan ambulans gratis dan pendampingan medis.
Ketika tim relawan dari Embun Surga berkunjung ke rumah Aji, suasana rumah sangat sederhana dinding kayu, lantai semen yang mulai retak, dan kasur tua. Tapi dari mata Aji, terpancar semangat yang menggetarkan hati. Ia malu-malu saat ditanya tentang cita-cita, tapi akhirnya menjawab lirih, “Pengen jadi guru… biar bisa ngajarin anak-anak.”
Baca: Kisah Purwanto dari Turus Purworejo Lawan Tumor Batang Otak
Sejak saat itu, Embun Surga mulai mendampingi Aji. Proses pemeriksaan lanjutan dilakukan di RS THT Yogyakarta. Setiap kali kontrol, ambulans yayasan menjadi kendaraan utama. Tak hanya mengantar, para relawan juga turut menemani, menerjemahkan istilah medis yang rumit, dan menjadi pendengar setia kegelisahan Bu Sri. Semua dilakukan dengan cinta dan niat tulus membantu.
Langkah Panjang Menuju Operasi
Operasi telinga bukanlah proses yang instan. Setelah pemeriksaan awal, Aji harus menjalani serangkaian tes pendengaran dan radiologi. Hasilnya mengonfirmasi bahwa saluran telinga Aji memang sangat sempit, bahkan nyaris tertutup, sehingga suara hanya masuk lewat celah yang kecil sekali. Dokter menyarankan operasi rekonstruksi disertai pemasangan alat bantu dengar khusus.
Biaya operasi dan alat bantu dengar tentu bukan perkara kecil. Jutaan rupiah harus disiapkan, di luar biaya kontrol, transportasi, dan kebutuhan harian lainnya. Namun, keluarga Aji tidak sendiri. Embun Surga membuka donasi, dan perlahan-lahan uluran tangan dari masyarakat mulai berdatangan. Ada yang menyumbang 5 ribu, ada yang 10 ribu, bahkan ada yang menyumbang dalam bentuk alat sekolah untuk Aji. Semua bentuk bantuan, sekecil apa pun, menjadi cahaya bagi keluarga ini.
Doa yang Tak Pernah Putus
Di setiap perjalanan kontrol ke rumah sakit, Aji selalu memegang erat tangan ibunya. Kadang, ia diam saja sepanjang jalan. Tapi ketika ditanya apakah takut, ia menggeleng. “Enggak takut. Pengen bisa denger suara adik main,” katanya pelan. Kalimat yang sederhana, tapi menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya.
Bu Sri selalu membawa tas kecil berisi Al-Qur’an saku. Setiap Aji masuk ruang tindakan, ia duduk di pojok rumah sakit, membuka mushaf itu, dan berdoa lirih. Tidak ada air mata, hanya wajah pasrah yang berserah pada takdir terbaik dari Allah. Ia yakin, jalan panjang ini adalah cara Allah mendidik keluarganya agar lebih kuat, lebih tawakal, dan lebih bersyukur.
Bersama Kita Menjadi Cahaya
Perjalanan Aji belum usai. Operasi akan segera dijadwalkan setelah hasil pemeriksaan lengkap dan donasi mencukupi. Setiap harinya, Aji tetap berangkat sekolah dengan semangat. Meski sulit menangkap pelajaran lisan, ia tak pernah menyerah. Ia duduk di barisan depan, mencatat pelajaran dengan telaten, dan selalu tersenyum ketika gurunya mengapresiasi usahanya.
Kini, Yayasan Embun Surga mengajak kita semua untuk ikut membersamai perjuangan Aji. Dalam hidup ini, mungkin kita tak bisa menyembuhkan, tapi kita bisa menjadi bagian dari harapan. Setiap rupiah yang kita sisihkan bisa menjadi tangga bagi Aji untuk naik ke kehidupan yang lebih baik. Setiap doa yang kita panjatkan, bisa menjadi pelindung bagi keluarga ini dalam melewati badai.
Mari kita bantu Aji mendengar dunia. Mari kita bantu ia mengeja masa depan. Karena satu anak yang diselamatkan dari kesunyian, adalah satu generasi yang diselamatkan dari keputusasaan.
Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin dari kesulitan dunia, niscaya Allah akan meringankan kesulitannya dari kesulitan hari kiamat.”
(HR. Muslim)
Mari bergandeng tangan membantu Aji menjemput sehat.
Donasi dapat disalurkan ke:
BRI 685201002390503 a.n Yayasan Embun Surga Purworejo
0 Komentar