Jerit Sirine, Isyarat Nyawa: Mengenal Tipe-Tipe Sirine Ambulans

Di negeri yang tak pernah benar-benar tidur, ada suara yang memecah malam, menampar pagi, dan menembus sore yang sendu. Bukan suara pasar, bukan pula bunyi mesin motor. Itu adalah sirine ambulans.
Ia tak pernah sekadar bunyi. Ia adalah bahasa nyawa, yang hanya dipahami mereka yang sedang menjemput harapan atau mengantarkan perpisahan.
• Tipe-Tipe Sirine Ambulans: Bahasa Tanpa Kata yang Menyelamatkan
Menurut Wikipedia Indonesia, sirine ambulans memiliki beberapa jenis, yang digunakan sesuai dengan situasi darurat dan kondisi lalu lintas. Jenis-jenis sirine ini digunakan di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
1. Wail – Sirine Panjang Naik-Turun
Jenis ini berbunyi “WoooooOOOOoooo,” dengan nada panjang dan bergelombang. Wail biasanya digunakan dalam perjalanan jarak jauh atau di jalur cepat antar kota. Menurut jurnal Emergency Vehicle Operations oleh Wilcox et al. (2021), jenis sirine ini terbukti paling efektif memperingatkan pengendara dari jarak jauh.
Pak Heri, sopir ambulans dari Yayasan Embun Surga Purworejo, mengatakan: “Kalau kita ke RSUP Sardjito, biasanya pakai wail, soalnya butuh perhatian dari jauh biar kendaraan lain siap ngasih jalan.”
2. Yelp – Sirine Cepat dan Pendek
Bunyi yelp menyerupai “Woo-woo-woo” dalam tempo yang lebih cepat. Dipakai saat lalu lintas padat atau di persimpangan yang ramai. Menurut National Emergency Number Association (NENA), yelp digunakan untuk memberi efek kejut agar kendaraan sekitar segera menepi.
“Macet itu bukan alasan untuk nggak buka jalan,” kata Bu Nadiah, salah satu pendamping pasien dari Embun Surga. “Yelp itu semacam teriakan cepat. Dia enggak sabar, karena nyawa nggak bisa nunggu.”
3. Hi-Lo – Sirine Bergantian
Suara bergantian antara tinggi dan rendah: “hi-lo-hi-lo”. Jenis ini digunakan saat kendaraan berada di kawasan padat tapi tidak dalam kondisi darurat ekstrem.
Menurut Journal of Sound & Emergency Systems (2022), hi-lo sering dipakai saat ambulans mengangkut pasien non-urgent atau jenazah, sebagai bentuk penghormatan suara yang tetap sopan.
“Kalau bawa jenazah, biasanya kita pakai hi-lo. Biar orang tahu ini bukan sekadar mobil biasa, tapi mobil yang mengantarkan perpisahan,” ujar Pak Imam, salah satu driver ambulans Embun Surga.
• Mengapa Kita Harus Tahu Tipe-Tipe Sirine?
Karena jalan raya bukan milik sendiri. Setiap sirine adalah permintaan untuk diberi ruang. Menurut Mayo Clinic, penundaan dalam respons darurat dapat meningkatkan risiko kematian hingga 30%.
• Asal Usul Ambulans: Dari Perang Hingga Digital
Kata “ambulans” berasal dari bahasa Latin ambulare, yang berarti berjalan. Dikutip dari History of Ambulance Services, University of Birmingham, kendaraan pertama yang menyerupai ambulans modern muncul pada abad ke-11 saat Perang Salib. Di Indonesia, ambulans mulai digunakan secara luas pada masa kolonial Belanda, terutama di kota-kota besar seperti Batavia dan Surabaya.
Kini ambulans bukan hanya kendaraan. Ia adalah unit darurat mobile, lengkap dengan oksigen, monitor jantung, dan kadang koneksi telemedis.
• Layanan Ambulans Jenazah di Purworejo: Sunyi yang Penuh Arti
Di Purworejo, layanan ambulans jenazah disediakan oleh beberapa yayasan, termasuk Embun Surga. Sistemnya jemput antar, menjangkau daerah pegunungan seperti Bruno, hingga ke pelosok desa Kaligesing.
Bu Andayani, pendamping pasien senior, menjelaskan: “Biaya layanan biasanya disesuaikan. Kita lihat dari jarak tempuh, kondisi keluarga, dan lain-lain. Tapi untuk keluarga tidak mampu, kita gratiskan.”
Sirine untuk jenazah dipakai pelan, bahkan kadang dimatikan sama sekali. Karena suara duka… tak selalu butuh jeritan.
• Edukasi Masyarakat: Saatnya Paham, Bukan Panik
Banyak orang masih salah menanggapi sirine ambulans. Ada yang berhenti mendadak di tengah jalan, ada yang malah mengikuti dari belakang.
Menurut Emergency Medical Services Authority (EMSA), kesalahan respon terhadap ambulans menyebabkan keterlambatan rata-rata 7 menit di kota besar—yang bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati.
Mari kita belajar. Bahwa sirine bukan untuk gaya-gayaan. Tapi panggilan untuk membuka jalan bagi yang sedang berjuang.
• BONUS INFO: Sirine dan Kode Warna Ambulans
Ambulans juga memiliki kode warna dan stiker berbeda tergantung jenis layanan:
1. Merah-Putih: Ambulans medis darurat
2. Kuning-Hitam: Ambulans jenazah
3. Hijau: Ambulans non-gawat darurat
Setiap kombinasi warna ini juga memiliki SOP penggunaan sirine yang berbeda.
• Peka terhadap Suara, Peka terhadap Sesama
Ketika kita mendengar sirine ambulans, itu bukan waktunya untuk mengeluh atau menutup telinga. Itu adalah panggilan empati. Karena sirine tidak bisa memilih: Siapa yang kaya, siapa yang miskin, siapa yang beruntung hidup, dan siapa yang dijemput ajal.
“Kadang yang kita antar itu bayi baru lahir. Kadang juga nenek usia 90. Tapi suara sirinenya sama. Karena rasa sakit dan harapan itu tak pernah pandang umur,” ucap Mas Devin, sopir ambulans yang masih muda tapi sudah terbiasa membawa harapan dan duka dalam satu kendaraan.
Referensi Langsung:
Wikipedia Indonesia. “Ambulans.” https://id.wikipedia.org/wiki/Ambulans
Mayo Clinic. “Emergency Medical Care.” https://www.mayoclinic.org
EMSA: https://emsa.ca.gov
Wilcox, J. et al. “Emergency Vehicle Operations and Sound Response.” Journal of Emergency Sound Systems, 2021
University of Birmingham. “A History of Ambulance Services.” https://www.birmingham.ac.uk
Journal of Sound & Emergency Systems, 2022
0 Komentar