ImPACT Review: Menuju Akses Layanan Pengobatan Kanker yang Bermutu

Dipublikasikan oleh Yuli Ana pada

Kanker, merupakan penyakit yang ditandai dengan munculnya sel yang membelah tidak terkendali, mampu invasi ke jaringan yang berdekatan dan metastasis ke organ yang jauh. Istilah “kanker” tidak mengacu pada satu penyakit, tetapi sekelompok penyakit yang ditandai dengan proliferasi sel yang tidak terkendali. Berbeda dengan sel normal dalam tubuh pasien, yang tumbuh, membelah, dan mati dengan cara yang dikontrol ketat, sel kanker justru terus membelah tanpa terkendali.

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa kanker menyebabkan 9,6 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2018, dengan 30 hingga 60% kasus kanker dapat dicegah. Indonesia melaporkan lebih dari 400.000 kasus kanker baru setiap tahunnya. Lebih dari separuh jumlah tersebut berakhir pada kematian terkait kanker. Kanker menyebabkan hampir satu dari lima kematian dini di Indonesia akibat penyakit tidak menular (PTM). Ketiga jenis kanker penyebab kematian terbanyak terlepas dari jenis kelamin di Indonesia adalah kanker paru-paru, kanker hati, dan kanker payudara.

Pada 24 Juli 2024, WHO dan mitra-mitra utama menyelesaikan kunjungan tigkat nasional selama 10 hari, yang bertujuan mendukung Indonesia dalam meningkatkan akses pada layanan pengendalian kanker yang bermutu dan komprehensif. Kunjungan ini merupakan fase kedua dari Integrated Mission of the Programme of Action for Cancer Therapy (ImPACT Review) atau Misi Terpadu Program Aksi Pengobatan Kanker 2024 untuk Indonesia.

ImPACT Review merupakan proses sistematis bersama berbagai mitra yang diinisiasi oleh negara-negara untuk menilai kapasitas dan kebutuhan terkait pengendalian kanker, serta mengidentifikasi intervensi-intervensi prioritas untuk mengatasi beban kanker. Indonesia meminta kajian ImPACT Review pertama kali pada 2010 dan kedua pada 2018. Hasil kajian tersebut merekomendasikan penetapan program pengendalian kanker nasional, pembentukan register kanker, pelaksanaan langkah-langkah pencegahan utama, dan perluasan layanan penapisan serta  deteksi dini. 
“Kementerian Kesehatan berkomitmen memastikan akses layanan pencegahan, penemuan, dan pengobatan kanker yang bermutu dan komprehensif bagi semua orang Indonesia serta menyediakan perawatan paliatif bagi semua yang membutuhkannya,” kata dr. Yudhi Pramono, MARS, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Pada kesempatan sebelumnya, Kick-off Meeting ImPACT dengan IAEA, WHO, IARC, dan pakar-pakar nasional telah dilakukan pada tanggal 8 Mei 2024 di RSK Dharmais Jakarta. Direktur Utama RSK Dharmais, dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS sangat menyambut baik kedatangan para ahli dan delegasi Internasional ImPACT serta mendukung penuh pelaksanaan ImPACT Review di RSK Dharmais.
“Bagi kami, ini adalah awal dan kelanjutan dari kolaborasi dengan rumah sakit dari suatu negara. Jadi, ini benar-benar merupakan seruan penting untuk terus berkolaborasi dalam jangka panjang dengan rumah sakit, kolega – kolega rumah sakit, dan negaranya,” ujar dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS.

Sayangnya, kebijakan pengobatan kanker yang komprehensif di Indonesia belum dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat miskin di daerah. Tidak semua Kabupaten/Kota memiliki rumah sakit khusus kanker, sehingga masyarakat masih terkendala untuk mengakses fasilitas layanan kesehatan rujukan. Tingginya biaya transportasi dan akomodasi bagi pasien kanker dan keluarganya, seperti biaya makan, penginapan, dan pengantar/pendamping selama pengobatan di luar daerah, menjadi beban bagi keluarga miskin.

Selain kendala akses fasilitas rujukan dan tingginya biaya transportasi, tidak semua obat kanker ditanggung penuh oleh BPJS, khususnya terapi-target dan obat generasi baru. Beberapa tindakan diagnostik atau pendukung (CT scan, PET scan, alat bantu) bisa menimbulkan biaya tambahan, semakin membebani pasien miskin. Minimnya pendampingan psikologis dan sosial membuat pasien dari kalangan miskin merasa terasing atau patah semangat saat menjalani pengobatan panjang.

Peran pendampingan psikologis dan sosial yang selama ini belum tergarap oleh penyedia layanan kesehatan statis, membuka peluang filantropi bagi sebuah lembaga sosial non profit bernama Embun Surga. Beroperasi sejak 2022, Yayasan Embun Surga secara nyata telah membawa kesejukan dan solusi bagi pasien kanker di Kabupaten Purworejo. Yayasan Embun Surga telah mendampingi lebih dari 600 pasien dan mayoritas merupakan penderita kanker.

“Para pasien kanker ini banyak dari dhuafa. Mereka sudah miskin dan ditambah sakit. Kami bantu transportasi dengan ambulans gratis, ” kata Trimansih Utami, Ketua Yayasan Embun Surga.

Berbagai program/kegiatan yang dijalankan oleh Yayasan Embun Surga bagi pasien kanker antara lain; ambulan gratis, pendampingan dan penjangkauan pasien berupa home visit, dukungan psiko sosial berupa bantuan sembako, rumah singgah gratis bagi pasien dan pendamping di Yogyakarta, serta membentuk Komunitas Peduli Kanker Purworejo.

Relawan dan keluarga besar Yayasan Embun Surga Purworejo berfoto bersama saat peringatan Hari Kanker Sedunia 2025.
Relawan dan keluarga besar Yayasan Embun Surga Purworejo berfoto bersama saat peringatan Hari Kanker Sedunia 2025.

Diketuai oleh Dyah Sugesti Weningtyas, Komunitas Peduli Kanker Purworejo resmi dikukuhkan pada 8 Februari 2025 di Amphiteater alun- alun Purworejo, bertepatan dengan Hari Kanker Sedunia. Dihadiri oleh Wakil Bupati Purworejo, Dion Agasi Setiabudi, serta perwakilan sejumlah instansi serta para pasien kanker maupun penyintas kanker se-Kabupaten Purworejo. Dalam kegiatan tersebut, Dion menyampaikan apresiasi atas dibentuknya Komunitas Peduli Kanker Purworejo.


“Keluarga saya termasuk keluarga penyintas kanker. Kakak saya juga terkena kanker paru-paru, jadi saya tahu betul saat punya keluarga yang sakit kanker, rasanya seperti berada di jalan buntu. Keluarga ikut merasakan penderitaan yang luar biasa,” ujar Wakil Bupati di sela-sela pembukaan acara Hari Kanker Sedunia.

Ketua Komunitas Kanker Purworejo, Dyah Sugesti Weningtyas menambahkan, pembentukan komunitas ini diinisiasi oleh para pasien kanker yang membentuk Komunitas Embun Peduli Kanker.

“Kami ingin memberikan manfaat yang lebih besar lagi, jadi kami bentuk komunitas untuk Purworejo. Sehingga nantinya tidak hanya pasien Embun Surga yang bergabung di sini, tapi kita bisa menjangkau seluruh masyarakat Purworejo,” katanya.


“Siapapun yang peduli dan ingin bergabung maupun terlibat, bisa jadi anggota komunitas. Harapannya komunitas ini bisa menjadi wadah untuk berkarya, berbagi maupun saling menguatkan satu sama lain,” imbuhnya.

Yayasan Embun Surga melalui kegiatan-kegiatan profetiknya secara fraksis telah menjadi solusi bagi masyarakat miskin pengidap kanker di Kabupaten Purworejo. Program ambulan gratis dan rumah singgah gratis, semakin memberi kesejukan bagi pasien kanker dan keluarganya yang selama ini terbebani oleh biaya transportasi dan akomodasi. Setiap hari Embun Surga selalu menyediakan armada yang lengkap dengan tenaga pendamping, mengantarkan pasien kanker dari Purworejo ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, secara cuma-cuma.

Bagi pasien kanker di daerah, implementasi kebijakan nasional terkait pengobatan kanker yang komprehensif terdengar masih jauh panggang dari api. Produk hukum terkait penanggulangan penyakit dan kebijakan pronangkis di tingkat daerah mungkin sudah dibuat, tetapi untuk mengukur komitmen pemerintah daerah melalui alokasi anggaran butuh kajian yang lebih mendalam. Checks and balances-nya sederhana, jika akar rumput seperti Yayasan Embun Surga lebih konkrit kiprahnya dalam mengatasi persoalan sosial di masyarakat, artinya Negara mangkir bagi masyarakat miskin.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.who.int
https://dharmais.co.id
https://www.purworejo24.com


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *