Dari Rokok ke Trakeostomi Kisah Pak Aries Budi dari Pangen, Purworejo

Purworejo –
Di balik tawa khas bapak-bapak dan guyonan ringan yang menghangatkan suasana, tersimpan kisah nyata tentang perjuangan, penyesalan, dan harapan. Namanya Aries Budi, pria 48 tahun asal Pangen, Purworejo, yang kini hidup dengan lubang trakeostomi di tenggorokannya akibat kebiasaan merokok selama puluhan tahun.
“Tenggorokanku bolong, kakehan (terlalu banyak, red) ngerokok, Mas,” candanya saat kami temui di sela-sela kontrol medis yang dibantu oleh Yayasan Embun Surga, lembaga sosial yang mendampingi pasien dhuafa penderita kanker dan penyakit kronis lainnya di wilayah Purworejo dan sekitarnya.
Kalimat itu bukan sekadar gurauan. Itu adalah simpulan getir dari perjalanan panjang seorang mantan perokok aktif yang kini harus menjalani hidup tanpa suara utuh, berbicara melalui leher yang dibolongi alat medis bernama trakeostomi.
Pak Aries mengaku mulai merokok sejak duduk di bangku SMA. Saat itu ia merantau ke Yogyakarta. Rokok menjadi kebiasaan yang sulit lepas, apalagi di lingkungan yang juga akrab dengan asap. “Sehari bisa dua bungkus, isinya 16 batang. Kalau pas lagi ngopi, bisa lebih,” kenangnya, sembari tersenyum getir.
Seiring waktu, gejala mulai muncul: batuk berkepanjangan, suara serak, sesak di dada. Tapi semua itu ia anggap sepele. Hingga akhirnya suara benar-benar hilang dan napas terasa tercekat. Setelah menjalani pemeriksaan, ia divonis mengalami kerusakan saluran pernapasan dan harus menjalani operasi trakeostomi.
Trakeostomi adalah prosedur medis berupa pembuatan lubang di bagian depan leher menuju trakea (batang tenggorokan) untuk membantu pasien bernapas. Prosedur ini biasanya dilakukan ketika jalan napas bagian atas tersumbat atau rusak.
“Sekarang kalau mau ngomong ya pelan-pelan. Harus banyak istirahat juga. Tapi Alhamdulillah, saya masih bisa ketawa, masih bisa ngopi,” ujarnya sambil tertawa kecil.Bagi Pak Aries, lubang di leher bukan akhir segalanya. Justru dari sana ia menemukan hikmah besar: ia berhenti merokok, mulai menjaga pola hidup, dan makin mendekatkan diri pada Allah.
Sejak lebih dari satu tahun, Pak Aries menjadi pasien dampingan Yayasan Embun Surga Purworejo, lembaga sosial yang dikenal aktif memberikan layanan pendampingan medis, rumah singgah, hingga ambulans gratis bagi pasien tidak mampu.
“Kadang saya harus kontrol ke Jogja. Untung ada tim dari Embun Surga yang bantu antar pakai ambulans. Kadang juga nginap di Rumah Singgah Embun Surga,” ujarnya penuh syukur.
Rumah Singgah menjadi tempat istirahat sekaligus ruang pemulihan mental bagi pasien dan keluarga. Di sana, mereka tak hanya disambut dengan fasilitas, tapi juga dengan empati dan cinta kasih.
Kisah Pak Aries adalah cermin dari jutaan orang di Indonesia yang masih merokok tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, merokok adalah penyebab utama berbagai penyakit seperti kanker paru, jantung koroner, hingga kerusakan saluran napas.
“Saya ini contoh hidup. Nggak usah nunggu tenggorokan bolong dulu baru berhenti. Kalau bisa jangan pernah mulai,” ujarnya lugas.Ia kini menjadi semacam duta informal di lingkungannya, menasihati anak-anak muda agar menjauhi rokok sebelum terlambat.
“Saya selalu bilang ke tetangga jangan ikut-ikutan. Saya ini bukti nyata,” tambahnya.
Di akhir percakapan, Pak Aries menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah membantunya melalui masa-masa sulit.
“Terima kasih buat relawan, donatur, dan tim Yayasan Embun Surga. Saya ini wong ndesa, nggak punya apa-apa. Tapi saya didampingi, dijemput pakai ambulans gratis, dikasih tempat istirahat yang nyaman, semua itu luar biasa,” tuturnya terharu.
Meski suaranya tak lagi seperti dulu, semangat Pak Aries justru terdengar lebih lantang. Ia menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk tetap bersyukur, bercanda, dan memberi manfaat bagi orang lain.
Kisahnya adalah peringatan sekaligus pelajaran bahwa setiap batang rokok yang dibakar hari ini bisa menjadi lubang di leher esok hari. Namun lebih dari itu, kisahnya juga adalah ajakan: untuk peduli, membantu sesama, dan terus menyalakan harapan.
Dan jika Anda membaca ini, ingatlah bisa jadi tawa terakhir seseorang akan datang bukan karena bahagia, melainkan karena paru-parunya perlahan mati oleh asap.
Ingin Membantu Pasien Seperti Pak Aries?Yuk, dukung misi kemanusiaan Yayasan Embun Surga Purworejo dengan berdonasi atau menjadi relawan. Kebaikan Anda bisa menjadi napas baru bagi mereka yang hampir kehabisan harapan.
Hubungi kami di IG: @embunsurga.purworejo
Donasi dapat disalurkan ke rekening BRI
a.n Yayasan Embun Surga Purworejo
685201002390503
0 Komentar