Ambulans: Jejak Sunyi dari Medan Perang hingga Jalanan Purworejo

Ada suara yang tak pernah sekadar bunyi sirine yang memecah waktu, menampar pagi yang kantuk, menyayat sore yang redup. Kita menyebutnya ambulans. Tapi tahukah kita, dari mana asal muasalnya? Dari lorong sejarah mana ia berjalan hingga sampai ke pelosok desa?
Mari kita menelusuri tapak sunyi kendaraan yang membawa harapan ini dari medan perang berdarah, hingga lorong rumah sakit di Purworejo.
• Ketika Ambulans Masih Sebatas Tandu
Ambulans, dalam etimologi aslinya, berasal dari kata Latin ambulare, yang berarti “bergerak” atau “berjalan”. Dulu, sebelum ada kendaraan, ambulans hanyalah tandu kayu yang dipanggul dua orang untuk membawa prajurit yang terluka keluar dari medan perang.
Menurut catatan sejarah yang dilansir dari University of Birmingham (https://www.birmingham.ac.uk), ambulans pertama kali dikenal pada abad ke-15 oleh tentara Spanyol. Mereka menciptakan sistem bernama ambulancias, yakni semacam kereta dorong yang membawa korban luka ke tempat yang lebih aman.
“Waktu itu belum ada yang namanya roda cepat, apalagi mesin. Semua bergantung pada tenaga manusia dan kuda,” ujar Profesor Harold Jenkins, sejarawan medis dalam wawancaranya di Medical History Journal (2020).
• Ambulans Medis Modern: Warisan Perang Napoleon
Saat Perang Napoleon pecah di akhir abad ke-18, muncul sosok Dominique Jean Larrey dokter militer yang menjadi pelopor sistem evakuasi cepat. Ia menciptakan ambulance volante atau flying ambulance, yakni kereta cepat dengan roda besar yang mampu mengangkut prajurit yang terluka tanpa harus menunggu perang usai.
“Saya tidak tahan melihat prajurit tergeletak sekarat hanya karena sistem lamban,” begitu catat Larrey dalam jurnalnya (Larrey’s Memoirs, 1812). Ia memecah tradisi medis kala itu yang menunggu pertempuran reda untuk membawa korban ke rumah sakit.
• Ambulans Bermesin Pertama di Dunia
Zaman berputar, dan mesin mulai menggantikan tenaga kuda. Menurut catatan dari Smithsonian Institution (https://www.si.edu), ambulans bermesin pertama kali muncul tahun 1899 di Chicago, Amerika Serikat. Kendaraan ini dilengkapi dengan tandu, peralatan darurat, dan bisa mengangkut pasien lebih cepat dari sebelumnya.
Pada masa itu, ambulans sudah menjadi simbol kemanusiaan. Di Perang Dunia I dan II, ambulans militer berperan penting dalam menyelamatkan jutaan nyawa.
• Ambulans Pertama di Indonesia: Awal dari Kolonialisme
Ambulans masuk ke Hindia Belanda (kini Indonesia) bersamaan dengan pembangunan rumah sakit modern oleh pemerintah kolonial. Salah satu catatan menyebutkan bahwa rumah sakit besar di Batavia dan Surabaya sudah menggunakan ambulans kuda sejak awal 1900-an.
Namun, ambulans bermesin mulai dikenal masyarakat luas pada tahun 1950-an, setelah Indonesia merdeka. Sumber dari Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa ambulans digunakan pertama kali secara resmi oleh Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menangani korban bencana dan konflik politik.
• Dari Kota ke Desa: Ketika Ambulans Menyentuh Purworejo
Seiring waktu, ambulans tidak hanya berada di kota besar. Ia masuk ke desa-desa, menembus gang sempit, dan singgah di rumah-rumah sederhana. Di Purworejo, ambulans menjadi cahaya harapan bagi mereka yang tak mampu menembus dinding rumah sakit sendirian.
Yayasan Embun Surga di Purworejo misalnya, punya lima pengemudi ambulans yang siaga 24 jam. Ada Pak Heri yang murah senyum, Pak Imam yang sabarnya tak bertepi, Pak Dendy yang cekatan, Mas Devin si pendiam penuh aksi, dan Mas Sidiq yang tak pernah lelah membantu.
“Bukan cuma nganter, tapi ini soal menemani. Soal tahu bahwa di ujung jalan, ada yang sedang menunggu hidup atau mati,” tutur Pak Heri suatu malam di parkiran RSUD Tjitrowardojo.
• Jenis-Jenis Ambulans: Tak Semua Berbunyi Sirine
Ambulans kini terbagi dalam berbagai jenis, sesuai fungsinya:
Ambulans Gawat Darurat (Emergency Ambulance) Dilengkapi alat medis canggih, oksigen, defibrilator, dan dipakai untuk kondisi kritis.
Ambulans Jenazah Tanpa alat medis, digunakan untuk mengantar jenazah dari rumah sakit ke rumah duka atau pemakaman. “Biasanya kita tetap nyalain lampu rotator. Biar orang tahu ini kendaraan duka,” kata Mas Devin, dengan mata yang tampak menyimpan banyak cerita.
Ambulans Non-Gawat Darurat Digunakan untuk pasien yang stabil, misalnya kontrol rutin atau cuci darah.
• Layanan Ambulans Jenazah di Purworejo
Layanan ambulans jenazah di Purworejo kini makin dikenal, terutama karena peran yayasan sosial. Yayasan Embun Surga melayani antar jemput jenazah secara gratis, dengan sistem gotong royong.
“Kami tidak menentukan tarif. Kami hanya menyesuaikan kemampuan keluarga dan jaraknya,” jelas Bu Suyatmi, salah satu pendamping pasien.
Sikap seperti ini membuat layanan ambulans tidak sekadar transportasi, melainkan juga bentuk nyata dari kasih sayang sosial.
• Ambulans dan Peradaban: Lebih dari Sekadar Kendaraan
Ambulans adalah cermin peradaban. Di dalamnya tersimpan teknologi, empati, dan harapan. Dalam banyak hal, ambulans seperti ruang antara—bukan rumah sakit, bukan pula rumah. Tapi justru di sanalah banyak hal berubah.
“Anak saya lahir di ambulans. Sopirnya waktu itu Mas Sidiq, dan saya nggak akan lupa wajah panik-panik lucunya,” ujar Bu Nadiah, mengenang dengan tawa kecil.
• Ambulans dalam Budaya Populer
Ambulans juga masuk dalam budaya populer. Dari film Hollywood seperti Ambulance (2022), hingga sinetron lokal. Namun, realita di jalanan seringkali jauh dari glamor.
“Kadang kita ngalah di jalan. Tapi waktu itu nyawa yang kita bawa, bukan kardus,” ujar Pak Imam suatu sore, setelah mengantar pasien kanker dari RS Margono.
• Sirine Adalah Doa yang Menjerit
Kini, ketika kita mendengar sirine ambulans, jangan hanya tutup telinga. Bukalah hati. Di dalamnya ada harapan, ketakutan, perjuangan, dan doa.
Ambulans bukan sekadar kendaraan. Ia adalah puisi logam, yang menulis kisah-kisah diam di jalanan. Ia adalah ruang transisi antara hidup dan mati, antara kehilangan dan keajaiban.
Referensi Langsung
University of Birmingham. “A History of Ambulance Services.”
Smithsonian Institution. “Ambulance First Motorized Vehicle.”
Kementerian Kesehatan RI. “Sejarah Layanan Gawat Darurat”
Larrey, D.J. Memoirs of Military Surgery (1812)
Medical History Journal, 2020
Mayo Clinic. “Emergency Medical Care.”
0 Komentar