Langkah Kecil dari Kutoarjo Perjuangan Al Shafa Melawan Kanker Carcoma

Di sebuah sudut tenang di Kutoarjo, di antara deru angin dan sunyi halaman rumah yang sederhana, tinggal seorang gadis kecil bernama Al Shafa Azzahra Kalista biasa disapa Safa. Namanya seindah senyum yang dulu sering ia ukir di wajah. Tapi hari-hari itu telah berubah. Kini, di balik wajah mungilnya, tersembunyi cerita panjang tentang rasa sakit, harapan, dan keteguhan hati.
Safa sedang melawan kanker carcoma sejenis kanker langka yang bersarang di dalam otot-otot perutnya. Penyakit yang diam-diam mencuri kekuatannya, mencuri tawa masa kecilnya, dan menggantinya dengan jarum suntik, ruang perawatan, serta napas yang kadang tersekat nyeri.
Sudah satu tahun lebih Safa hidup berdampingan dengan penyakit ini. Setiap hari adalah perjuangan, dan setiap malam adalah doa yang dititipkan dalam diam.
Semua berawal dari keluhan kecil. Sakit perut yang datang dan pergi. Awalnya dikira hanya masuk angin, lalu maag, kemudian infeksi. Tapi nyatanya, waktu mengungkap sesuatu yang lebih menakutkan. Setelah serangkaian pemeriksaan, kata “kanker” akhirnya keluar dari bibir dokter.
Sejak hari itu, langit di atas keluarga Safa terasa lebih redup. Tidak ada yang siap menerima kenyataan seperti itu, apalagi untuk anak sekecil Safa. Tapi hidup tak memberi pilihan, hanya memberi jalan yang harus dilalui, meski dengan langkah tertatih.
Perawatan demi perawatan dijalani. Safa yang dulu aktif, kini lebih sering terbaring lemah. Tubuhnya mengurus, matanya kerap kosong, dan senyumnya semakin jarang muncul. Namun di balik semua itu, ada kekuatan yang luar biasa: ketabahan seorang anak kecil yang menahan rasa sakit demi harapan bisa sembuh.
Di tengah masa pengobatan yang panjang, Safa sempat mengalami demam berdarah. Ia dirawat inap di RS Palang Biru Kutoarjo. Tubuhnya makin melemah, kulitnya pucat, dan malam-malam di ruang rawat menjadi saksi tangis ibunya yang tak pernah benar-benar tertidur.

Ketika kondisinya tak kunjung membaik, keputusan pun diambil: Safa harus segera dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Sebuah langkah panjang, bukan hanya dalam arti jarak, tapi juga dalam beban fisik dan emosional.
Dalam kelelahan yang seolah tiada habisnya, keluarga Safa bertemu dengan sebuah harapan yang bernama Yayasan Embun Surga Purworejo. Sebuah yayasan kemanusiaan yang bekerja dengan hati, mengulurkan tangan untuk mereka yang nyaris tak tahu lagi harus berpijak di mana.
Kurang lebih dua bulan terakhir, Safa dan ibunya menjadi bagian dari keluarga besar Embun Surga. Dalam pelukan lembut yayasan ini, mereka tak lagi sendirian.
Ambulans Embun Surga menjadi penghubung antara Kutoarjo dan Yogyakarta—antara sakit dan harapan. Tak lagi harus memikirkan ongkos yang bisa mencapai ratusan ribu rupiah, kini Safa bisa berangkat kontrol dengan tenang. Ambulans itu datang bukan hanya membawa roda, tapi juga doa, semangat, dan kasih dari para relawan yang tulus.
“Saya tidak tahu harus berkata apa selain terima kasih,” ucap ibu Safa dengan mata yang basah. “Kalau tidak ada Embun Surga, mungkin kami sudah menyerah.”
Setiap perjalanan ke Sardjito adalah pengingat bahwa Safa sedang bertarung, bukan dengan tangan, tapi dengan harapan. Kadang ia tertidur sepanjang jalan, kadang memeluk boneka kecilnya, dan kadang hanya menatap langit dari balik jendela ambulans. Mungkin dalam hatinya, ia juga sedang bertanya: kapan semua ini akan selesai?
Namun meski tubuhnya lemah, Safa belum menyerah. Ia masih ingin sembuh, ingin pulang dan bermain di halaman rumah, ingin kembali ke sekolah, ingin mendengar suara tawa teman-temannya lagi. Ia masih punya mimpi. Dan mimpi itu tak boleh padam.
Tak ada perjuangan yang berjalan sendirian. Di balik langkah Safa dan ibunya, ada ratusan langkah lain yang diam-diam menyokong mereka: para donatur.
Mereka adalah wajah-wajah yang mungkin tak dikenal, tapi cinta dan bantuannya telah nyata. Dari satu rupiah hingga jutaan, setiap sumbangan adalah bukti bahwa kemanusiaan masih hidup, bahwa cinta tidak harus berwujud besar untuk memberi pengaruh besar.
“Terima kasih pada para donatur yang sudah membantu terlaksananya semua ini,” kata ibu Safa.
“Semoga rezekinya lancar, dan sehat selalu.”
Doa yang sederhana, namun lahir dari hati yang paling dalam. Karena bagi mereka yang sedang berjuang, bantuan sekecil apapun adalah anugerah yang tak terhingga.
Yayasan Embun Surga bukan hanya tempat singgah. Ia adalah penjaga bagi mereka yang sedang bertarung dalam gelap. Dari menyediakan ambulans, hingga mendampingi pasien ke rumah sakit, dari mencarikan donatur, hingga sekadar mengulurkan tangan hangat di kala putus asa semuanya dilakukan dengan hati.
Bekerja dalam diam, yayasan ini telah menjadi jembatan antara penderitaan dan harapan. Kisah Safa hanyalah satu dari sekian banyak cerita yang mereka dampingi. Di balik logo sederhana itu, tersimpan ribuan peluh, tawa, dan air mata.
Kisah Safa belum selesai. Ia masih harus berjuang, mungkin untuk waktu yang lama. Tapi selama masih ada yang peduli, selama masih ada yang berbagi, kisah ini akan terus bergerak menuju cahaya.
Anda yang membaca ini pun bisa menjadi bagian dari kisah tersebut. Tidak harus besar. Sebuah doa, sebait kebaikan, atau seberapa pun donasi yang mampu Anda beri semuanya adalah cahaya bagi Safa dan anak-anak lain yang tengah meniti jalan yang sama.
Mari bersama-sama menjadi pelita di tengah gelap. Mari temani langkah kecil Safa dari Kutoarjo, hingga ia bisa menjemput sehat dengan senyum utuh di wajahnya.
Rekening Donasi:
BRI 685201002390503
a.n Yayasan Embun Surga Purworejo
0 Komentar