Bu Manirah dan Kanker Kulit: Menjemput Harapan yang Tak Pernah Padam 

Dipublikasikan oleh Mely Ana pada

Setiap luka di tubuhnya adalah saksi. Setiap perjalanan menuju rumah sakit adalah bagian dari perjuangan panjang seorang perempuan tangguh bernama Bu Manirah. Sudah dua tahun lamanya ia berjuang melawan kanker kulit yang menyerangnya secara perlahan namun menyakitkan. Penyakit itu datang tanpa permisi, mengubah hari-harinya menjadi rentetan jadwal pengobatan dan rasa nyeri yang tak mudah dipahami oleh mereka yang tak merasakannya sendiri.

Namun, di balik segala sakit itu, ada sosok yang tak pernah menyerah. Bu Manirah tetap bertahan, tetap berikhtiar, dan tetap percaya bahwa kesembuhan adalah sesuatu yang layak diperjuangkan.

“Alhamdulillah… adanya ambulans dari Yayasan Embun Surga Purworejo sangat membantu saya. Saya merasa lebih tenang, gak bingung lagi soal transportasi kalau mau ke rumah sakit,” ucap Bu Manirah dengan suara lembut namun tegas.

Selama ini, proses pengobatan bukan cuma soal medis. Tapi juga soal akses, bagaimana bisa sampai ke rumah sakit tepat waktu, bagaimana tidak menyerah meski keadaan seringkali menekan dari banyak arah.

Alhamdulillah, bersama Embun Surga, langkah-langkah Bu Manirah menjadi lebih ringan. Ambulans gratis bukan sekadar kendaraan, tapi juga bentuk kasih sayang dari banyak hati yang peduli. Dan setiap relawan yang mengantar adalah bagian dari harapan yang dikirimkan dari langit.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang meringankan satu kesulitan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan meringankan satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan hari kiamat.” (HR. Muslim)

Kini, Bu Manirah masih terus menjalani pengobatan. Namun ia tak lagi sendiri. Di setiap langkahnya, ada doa dari para relawan.

Ada bantuan dari para donatur dan semangat dalam dirinya yang tak pernah padam. Karena tak semua luka terlihat, tapi tetap ia rawat dengan tabah. Tak semua sakit bisa didengar, tapi ia sabar tanpa suara. Bu Manirah bukan hanya penyintas kanker, beliau adalah penyintas hidup, yang tetap menyalakan cahaya saat dunia mulai meredup.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *